MediaInvestasi – Investasi obligasi Dolar AS tengah mengalami tantangan di tengah periode panjang kenaikan suku bunga Amerika Serikat. Negeri Paman Sam itu kembali menghadapi situasi inflasi yang memaksa the Fed terus menaikan suku bunga.
Pada prinsipnya, suku bunga dan obligasi memiliki sifat berkebalikan. Ini situasi yang perlu menjadi perhatian untuk Anda yang tengah atau akan menjajal investasi obligasi Dolar AS.
Denominasi Investasi Obligasi Dolar AS

Situasi pasar investasi obligasi sebenarnya berpadu antara situasi yang bersifat positif dan negatif. Di satu sisi kenaikan suku bunga yang tampak tidak terelakan menjadi satu wacana penting yang pasti akan mempengaruhi nilai obligasi.
Meski demikian, denominasi investasi obligasi Dolar AS juga nantinya akan terkait dengan pergerakan imbal hasil obligasi di pasar Amerika Serikat. Di Amerika Serikat sendiri, saat ini penerbitan obligasi tengah berada pada level rendah.
Hanya sekitar 11-14 persen dari total Surat Berharga Negara (SBN) yang tentu saja akan mempengaruhi ketersediaan stok di pasar. Ini jelas menjadi katalis positif untuk obligasi.
Catatan menarik lain terletak pada stabilitas pergerakan credit default swap Indonesia yang memiliki tenor lima tahun. Saat ini saja sudah berada di kisaran kurang dari 80 basis poin.
Angka ini lebih rendah dari nilai rata-rata tiga bulan terakhir yang sebesar 81,15 basis poin.
Tentu kita juga tidak bisa menafikan fakta perkembangan kasus COVID yang secara tidak langsung akan mempengaruhi pergerakan harga instrumen keuangan. Termasuk juga di antaranya adalah obligasi.
Kekuatan Pasar Indonesia dalam Situasi Obligasi US

Meski, saat ini investasi obligasi Dolar AS berada pada situasi riskan, sebenarnya pasar Indonesia berada pada ketahanan yang cukup baik. Situasi ekonomi tampak cukup stabil, meski gempuran COVID belum berakhir.
Laporan keuangan negara per 2021 tampak mulai membaik dan sejumlah pakar berkeyakinan situasi ini akan terus berlanjut di tahun 2022. Pertimbangan tersebut karena aspek-aspek fundamental lokal yang bergerak.
Di sisi lain, secara spesifik target penerbitan SBN turun dari sebelumnya menjadi Rp991,3triliun. Ini mendorong keterbatasan suplai SBN dan tentu saja akan memberi angin baik untuk pasar obligasi.
Hal ini juga seiring dengan penurunan kepemilikan asing menjadi 19 persen.
Itulah sejumlah fakta yang dapat bekerja sebagai katalis yang akan menyelamatkan investasi obligasi Dolar AS di pasar Indonesia.
Baca juga: Keuntungan Investasi Obligasi Ada 6 yang Wajib Anda Tahu